Oktober 02, 2008

Tanpa dia dan teman2nya hidupku Takan Berwarna


Ketika itu hujan turun, aku berlari ketepi jalan untuk mencari tempat berteduh. Hujan sangat deras sekali sehingga payung pun tak berpengaruh. Bajuku sudah setengah basah. mungkin karena kencangnya angin. Tapi memang hujan adalah favorit musimku apalagi saat aku sambil membawa motor dengan diiringi musik. Serasa aku bisa menghilangkan semua penatku. Dipinggir jalan itu aku berdiri terdiam. Dan memandangi anak2 jalanan yang berlari kesana kemari dengan riang karena asyik bermain hujan2an. Aku tersenyum melihatnya sekaligus sedih, begitu bahagianya mereka dan tawa mereka sangat lepas sekali, seakan tiada beban walau hidup hanya pas2an. Aku iri melihat kebahagiaan mereka. Sebagian orang terkadang tidak menghendaki hujan tapi sebagian lagi mensyukurinya sebagai anugerah. Terlintas dari pikiranku untuk menjadi seperti mereka walaupun hidup berkecukupan tapi mereka bisa tertawa sekencang apapun yang mereka inginkan tanpa diselimuti kepalsuan dan keterpaksaan.

Akhirnya aku memutuskan untuk melakukan apa yang mereka lakukan tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Aku berlari ketengah hujan merasakan dinginnya air berputar2 sambil menengadahkan tangan. Oh.. sungguh tenangnya jiwaku lepasnya pikiranku akan siraman hujan dengan disertai canda tawa anak2 itu. Salah satu dari mereka menegurku. "Kakak kenapa kakak hujan2an nanti kaka sakit". Aku tersenyum dan mengusap pipinya sambil menjawab "Kalau kalian saja tidak sakit akupun tidak akan sakit" Dan anak yang lain menyusul dan berkata "Kami sudah terbiasa". Aku menjawab "Apa aku tidak boleh seperti kalian??" Dengan jawaban keras dan kompak mereka menjawab "Selamat datang didunia kami". Sungguh bahagia mendengar respon mereka yang sangat welcome. Berada ditengah mereka sungguh suatu anugerah, dulu aku hanya bisa melihat mereka dengan segala keirianku. Tapi kini hari ini aku bisa menjadi seperti mereka. Tarian Hujan mereka membahagiakanku. Aku melihat mata mereka begitu tulus tidak ternoda.

Aku memeluk satu dari anak itu, iya bernama Kala.. sungguh nama yang bagus seperti anaknya yang lucu dan menyenangkan. Dia mengatakan padaku seandainya dia bisa memiliki kakak sepertiku dia akan selalu menjaga dengan nyawanya. Sungguh terkejut aku anak kecil sepertinya bisa menjadi dewasa sebelum waktunya, Mungkin kehidupan dan pengalaman hidup yang mengajarinya. Namun yang aku heran mengapa ia bisa mengatakan hal itu padahal kami baru bertemu dan hanya bermain hujan2n berlari kesana kemari berputar2 sambil tertawa dan bernyanyi lagu2 yang mereka ciptakan sendiri. aku hanya bisa mengikuti sedikit demi sedikit. Aku bertanya pada Kala "Kemanakah orang tuanya?" dia menjawab "Aku ga punya bapak dan juga ga punya Ibu, apa lagi kakak. aku hanya punya mereka dan kakak ini orang yang baru aku kenal". Kagetnya mendengar Kala berkata seperti itu. Aku baru bertemu dan dia sudah menjadikan aku orang yang sangat berarti. Dan ketika hujan reda aku bertanya " Siapa yang ingin ikut kaka makan di resto itu?" dan Kala menjawab "Kami mau bayar pake apa kak?". Aku berkata lagi " Kala tenang aza ya, itu urusan kaka yang terpenting kalian semua menemani kakak dan ini juga sebagai ucapan terimakasih kaka karena kalian sudah memberi warna pada hidup kakak." mereka mendengar dengan seksama lalu melompat kegirangan "Kali ini kita makan enak kawan2" Kala memelukku lalu menangis.

Kala dia sudah membuatku jatuh cinta pada kepolosannya dan ketulusannya, dalam hidupku tak pernah aku menemukan seorang anak kecil yang bersifat dewasa seperti dia. Aku tak pernah menemui kedamaian seperti ini, Mereka begitu senang, bahagia, ceria, pemandangan yang sungguh membuatku terharu. Ketika selesai anak2 itu kembali bekerja dan mengucapkan terima kasih padaku. Kala menghampiriku " Kaka seandainya saja aku memiliki kaka seperti mu"

Saat itu aku benar2 tidak ingin pisah dari Kala. Ingin sekali aku membawanya pulang dan mengajaknya tinggal dengan ku. Tapi aku tau pasti ayahku tidak akan menyetujuinya. Padahal dirumah aku hanya berdua dengan adikku, dirumah yang sebesar itu. "Kak, Kala mau kerja lagi ya". aku menjawab "Kala, dimana kakak bisa bertemu dengan kamu lagi??" Kala tertunduk dan saat aku angkat wajahnya aku melihat matanya memerah seakan dia sedang berbicara. Lalu dia memelukku dan berkata "Terima kasih sudah mewujudkan mimpiku" Aku terheran2. Aku bahkan tidak tau mimpi apa yang telah aku wujudkan..aku memeluknya erat sekali seakan aku telah mengenalnya lama. Dia melepaskan peluknya lalu berkata "Terima kasih kak, siapa nama kaka?" Aku menjawab "namaku Dewi Kala" Dia mengusap air mataku seakan dia adalah pangeranku lalu berkata "Nama kaka semulia hatinya". Lalu dia pergi meninggalkanku.

Itu adalah warna hidupku yang benar2 merupakan anugerah dan sangat berharga bagiku. Mereka mengajarkan padaku bahwa tidak semua orang seberuntung aku. Walau sepi tidak memiliki ibu. Aku pernah merasakan kasih sayangnya. Sedangkan mereka tidak. Aku masih beruntung daripada mereka. Mungkin keegoisanku dan terlarut dalam kesedihan hingga menjadi sepi dan terpenjara dalam ruang hampa.

Dalam sebulan aku terus memikirkan Kala, bagaimana keadaanya dan akhirnya aku memutuskan untuk kembali ketempat dimana aku bertemu Kala. Tapi aku tidak menemukannya. Aku sudah berusaha mencari dan bertanya kepada anak2 jalanan itu. Tapi anak2 itu tidak yang tau kemana Kala. Aku sangat rindu dengannya. Dan saat aku terduduk dan putus asa. ada anak yang menghampiriku dan membawakan sesuatu. Sepucuk surat dari Kala. Dengan tulisan yang begitu acak2an tapi aku masih bisa membacanya. Surat itu singkat hanya tertulis " Mimpiku bertemu dengan seseorang yang berhati tulus sebagai pengganti orang tuaku". Aku memandang anak yang membawa surat itu dan berkata "antarkan aku menemui Kala sekarang juga" sambil menangis.."Kaka, kala sudah tenang disana" dia menjawab..Dan sesaat aku tertunduk dan menangis kututup wajahku, diam seribu bahasa. Aku sungguh shock mendengar semuanya. Kala yang telah memberiku Warna kini sudah tidak ada. apa sungguh secepat itu.?? Saat kubuka wajahku anak2 jalanan itu sudah mengerubungiku. dan salah satu dari mereka berkata "Maaf kk tadi kami tidak bisa mengatakan sama kaka, karena kami tidak tau bagaimana cara menyampaikannya". Aku memeluk mereka.

Kala mendapatkan kecelakaan seminggu setelah bertemu denganku. dia bercerita tentangku kepada Ali. Kalau dia begitu bersyukur bertemu denganku. tersirat dipikiranku " Begitu besar artiku untuknya dan sama besarnya seperti arti Kala untukku". Sungguh hidup tak kan pernah bisa tertebak, karena takdir memanglah MilikNya. Andai sekali kagu aku bisa diberi kesempatan bertemu dengan Kala. Aku akan berkata " Tanpa dia dan teman2nya hidupku Takan Berwarna"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar