Oktober 25, 2008

Aku Tidak Patut Menjadi Seorang Dewi


Terlalu egoiskah aku hanya karena kesalahan masa lalunya, aku selalu mengungkit dan mengingatnya. bukankah itu adalah sebuah episode dari kehidupan dan sekarang cuma dia orangtua yang aku punya setelah kepergiannya. Mengapa begitu sulit memaafkan suatu kesalahan dengan ikhlas. Apakah aku sudah tidak mempunyai hati nurani lagi?? Apakah seorang dewi harus memendam amarah dalam waktu yang sangat panjang??

Terlalu dalam luka ini hingga aku tidak bisa melihat kebaikan dan pengorbanannya, juga kasih sayang yang telah diberikan sebelumnya. Sungguh aku tidak mau mempunyai hati yang diliputi amarah, keegoisan, dan dendam. Aku tau dia salah tapi bukankah aku anaknya yang wajib memaafkannya dan dia hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari sebuah kesalahan dan khilaf, sama seperti aku.

Aku ingin semuanya kembali seperti sedia kala, saat kami berlima tidak memiliki suatu masalah apapun, bercanda, tertawa bersama dan memiliki keluarga yang dianugerahi dengan banyak kasih sayang dan cinta. Aku berharap suatu saat nanti aku bisa menyadari salahku dan memaafkannya. Karena kutau aku tidak adil padanya, ketidakikhlasanku perlahan menghancurkan diriku sendiri dan menjadikan aku orang yang tidak patut menjadi seorang Dewi

1 komentar:

  1. Mimpi...adalah kunci...
    Hey Dewi Cinta...
    wake up dong sister...
    Tar bergunalah kau tenggelam dalam duka...
    Kemarin itu untuk merangkai makna..
    tapi esok itu merangkai cita-cita...
    Life must go on...
    No body perfect, so ...
    Let's start with little smile to the world...
    *u'r bro, dude*

    BalasHapus