Oktober 25, 2008

Aku Tidak Patut Menjadi Seorang Dewi


Terlalu egoiskah aku hanya karena kesalahan masa lalunya, aku selalu mengungkit dan mengingatnya. bukankah itu adalah sebuah episode dari kehidupan dan sekarang cuma dia orangtua yang aku punya setelah kepergiannya. Mengapa begitu sulit memaafkan suatu kesalahan dengan ikhlas. Apakah aku sudah tidak mempunyai hati nurani lagi?? Apakah seorang dewi harus memendam amarah dalam waktu yang sangat panjang??

Terlalu dalam luka ini hingga aku tidak bisa melihat kebaikan dan pengorbanannya, juga kasih sayang yang telah diberikan sebelumnya. Sungguh aku tidak mau mempunyai hati yang diliputi amarah, keegoisan, dan dendam. Aku tau dia salah tapi bukankah aku anaknya yang wajib memaafkannya dan dia hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari sebuah kesalahan dan khilaf, sama seperti aku.

Aku ingin semuanya kembali seperti sedia kala, saat kami berlima tidak memiliki suatu masalah apapun, bercanda, tertawa bersama dan memiliki keluarga yang dianugerahi dengan banyak kasih sayang dan cinta. Aku berharap suatu saat nanti aku bisa menyadari salahku dan memaafkannya. Karena kutau aku tidak adil padanya, ketidakikhlasanku perlahan menghancurkan diriku sendiri dan menjadikan aku orang yang tidak patut menjadi seorang Dewi

Oktober 20, 2008

Sesaat lagi

Sesaat lagi kau akan mengetahui perbedaan yang halus antara bergandengan tangan dan merantai jiwa.
Dan kau akan mengetahui bahwa cinta bukan berarti sandaran dan teman bukan berarti rasa aman.
Dan kau akan mulai mengetahui bahwa ciuman bukanlah kontrak dan hadiah bukanlah janji.
Dan kau akan mulai menerima kekalahan dengan kepala tegak dan mata terbuka, dengan kebesaran hati seorang dewasa, bukan dengan kemurungan anak-anak,
Dan kau akan belajar membangun semua jalanmu hari ini karena jalan esok terlalu tak pasti untuk rencana,
Sesaat lagi kau akan mengetahui bahwa sinar matahari bisa membakar kalau kau menerimanya terlalu banyak.
Karena itu tanamilah kebunmu sendiri dan hiasilah jiwamu.
Dan kau akan tau bahwa kau sunguh-sungguh dapat memikul beban..
Bahwa kau benar-benar kuat dan kau benar-benar berharga...

from Chicken Soup For The Soul disumbang oleh Barbara Cowdy

The Best I Ever Have

Aku jatuh cinta lagi
Ada getar yang tak kumengerti
Saat telp ini berdering
Dan aku harus menjawabnya
Atau saat sms darinya masuk
Dan aku harus membalasnya..
Sungguh suatu rasa yang tak bisa
Aku ungkapkan dengan kata-kata.
Bahkan logika tak berkutik tuk bicara

Dia jauh disana
Namun aku merasa dia dekat denganku
Perhatiannya dan juga cintanya
mungkin melebihi aku
aku sangat bersyukur akan nikmat Mu
Kau(ALLAH) pertemukan kami
saat aku telah lelah untuk mencari
Kau berikan aku anugerah ini
Saat aku merasa tiada lagi tempat untuk berbagi

Jika saja takdir ini datang lebih awal
Mungkin rasa hampa di hati takan pernah kurasakan
Dalam musim yang panjang..
Kini Dia telah mengabulkan doaku.
apalah arti sebuah kehampaan
Dibanding dengan anugerah yang Dia(Allah) berikan padaku

Bagiku menemui cinta
Memiliki cinta dan meninggalkan cinta
Adalah suatu hal dalam kehidupan
Semuanya balik kedalam diri kita masing2
bagaimana menanggapinya maupun menyikapinya
Tinggalah kedewasaan yang berperan
Dalam menyelesaikannnya

Aku berharap kaulah pelabuhan terakhirku
Dan juga takdir dalam hidupku..
So now I just want to Say that I love U
And You are the best I ever have..in my Life

Oktober 17, 2008

Apakah Arti Hidup ini


Didalam hidup semula aku merasa tak mengerti apa makna sesungguhnya. Yang aku tau aku dilahirkan oleh seorang ibu dan diberi nama dewi, diberi kasih sayang, perhatian dan segalanya yang aku inginkan. Aku menjalani hidup layaknya orang lain. saat aku kecil aku sekolah dan belajar mengerti pengetahuan, belajar bergaul, belajar untuk melihat keadaan sekitar, belajar untuk memilah mana yang harus aku lakukan dan mana yang tidak boleh aku lakukan hingga aku dewasa sekarang. Semua bagaikan rantai makanan ataupun bisa dibilang metamorfose dalam kehidupan, mungkin juga bagi orang lain.

Namun ternyata aku tidak cukup pintar untuk menerima anugerah itu, keberuntunganku dibanding anak yang lainnya tidak aku syukuri, padahal itu anugerah yang diberikan-Nya untukku. Ada beberapa hal yang mungkin bagiku kehidupan tidak akan menyenangkan tanpa adanya suatu kesenangan atau hura2. Tapi ternyata aku salah, aku tumbuh menjadi anak yang selalu ingin melakukan berbagai macam kesenangan, aku tidak melihat mereka yang kekurangan, padahal orang tuaku selalu memberikan aku nasehat tentang bagaimana berbagi suka dan duka terhadap orang lain. Aku hanya bermain..bermain dan bermain dengan uang yang selalu diberikan oleh orang tuaku, aku merasa cukup membelanjakan setiap kebutuhanku. Apakah itu yang membuat aku menjadi begini? Apakah dengan adanya semua fasilitas yang diberikan oleh orang tuaku menjadikanku seseorang yang tidak bisa mensyukuri nikmatnya? Tapi aku tidak bisa menyalahkan mereka, karena aku yang memilihnya.

Mungkin dengan adanya keadaan itu, akhirnya keluargaku diberikan cobaan. Cobaan yang bagiku sangat berat sekali, dan aku tidak bisa mengatakannya. Yang jelas cobaan itu membuat orang tuaku terpuruk dan akhirnya berpisah. Sejak saat itu semua fasilitas yang ada hilang dalam sesaat. Aku harus benar2 prihatin dengan keadaan yang bagiku sangat asing, karena ibukulah yang akhirnya menafkahi anak2nya. Aku sempat labil apalagi kakakku dia mengalami stres dalam waktu 3 bulan. Kami berempat sali merangkul tanpa seorang ayah. Dalam keadaan seperti itu aku barulah mendekati-Nya, pasrah pada-Nya, Berdoa kepada-Nya agar setiap anugerah yang diberikanNya padaku tidak akan pernah aku sia2kan lagi. Dan aku berharap aku bisa lebih kuat dan lebih peka pada keadaan sesama.

Dengan berjalannya waktu, dengan berbagai masalah yang menimpa keluargaku lambat laun aku merasa ada yang berubah dalam diriku, tidak menjadi seorang yang selalu mengandalkan kekayaan orang tuanya lalu bersenang-senang, tapi menjadi anak yang mampu mandiri dengan keterbatasan ekonomi. Aku belajar menghadapi suatu masalah berat melalui ibuku dan jalan hidupku. Aku merasa aku harus melindungi keluargaku dari apapun juga karena aku sangat yakin ibuku telah memilihku untuk menjadikan aku anak yang kuat. Dia selalu berbagi keluh kesahnya denganku, dia selalu meminta pendapatku. Mungkin baginya pendapatku lebih rasional. Tapi setelah pendapat itu aku kemukakan dia juga akan berbagi dengan saudaraku yang lainnya. Mungkin aku merasa bangga kini aku berubah aku bukanlah dewi yang dulu lagi bukanlah orang yang selalu bergantung, orang yang selalu memikirkan dirinya sendiri. Itulah cerminku dulu.
dan aku sangat menyesal.

Kini aku barulah mengerti apa lah arti hidup ini, apalah arti dari sebuah cobaan yang diberikannya padaku, mungkin jika tidak pernah terjadi, aku akan menjadi seorang dewi yang rapuh. Bagiku hidup akan sangat berarti saat kita bisa berbagi suka dan duka, canda dan tawa dalam keihlasan dan ketulusan terhadap sesama, menjalankan perintahNya dan tidak selalu melihat keatas, karena semuanya tidak ada gunanya. Tujuan dari hidup kita adalah surga sedang apa yang kita lakukan dalam dunia ini adalah proses untuk menentukan Luluskah kita atau pantas kah kita mendapatkan Surga-Nya

Oktober 14, 2008

Saat Malam Menyapa Keheningan Hatiku

Walau aku telah dewasa, mama sangat memanjakan aku padahal aku ini anaknya yang kedua. Dia tidak pernah membedakan kasih sayangnya terhadap saudaraku yang lainnya. Dia adalah ibuku yang sangat sempurna. Dia sering mencium keningku. dan memelukku saat aku tertidur. Bahkan dia rela bangun untuk memukul nyamuk yang sedang menyedot darahku.walupun dia dalam keadaan mengantuk. Namun terkadang aku tidak menyukai apa yang dia lakukan saat aku sedang tidak mood untuk dicium ataupun dipeluk. Dia tidak marah, dia hanya tersenyum. Sungguh jahatnya aku..aku tidak pernah mengira bahwa saat2 itulah yang sangat aku harapkan dan takan pernah lagi bisa aku dapatkan

Kini yang tersisa hanyalah harapan2 yang takan mungkin lagi aku dapatkan. dengan tetesan air mata yang takan habis oleh rasa penyesalan teramat mendalam. Namun tak pernah aku duga sesuatu terjadi.

Aku tertidur dikamar itu, pulas sekali. aku meminta pada Nya agar aku bisa bermimpi tentang dia. karena kerinduan ini sudah pada puncaknya. Saat aku tersadar aku berpikir adakah iya disampingku, karena sesaat sebelum kuterbangun aku merasakan kecupan lembut yang takkan pernah orang lain bisa memberikannya kepadaku, sekalipun cintanya sebesar apapun. Kecupan mama yang takan bisa kurasakan lagi sepanjang umurku kecuali dalam mimpiku. Mataku menerawang, tersenyum dan melinangkan air mata adakah iya disekitarku, adakah iya menemaniku walau aku tidak bisa melihatnya. Sejak itulah aku tau bahwa walaupun raganya tak pernah bisa lagi aku peluk, jiwanya selalu menyelimuti langkah anak2nya.

Aku berharap mimpi itu akan kembali datang lagi karena hanya dengan itu aku bisa mengurangi rasa rinduku yang terkadang membuatku menangis dan menangis lagi saat malam menyapa keheningan hatiku..

Oktober 11, 2008

Wahai Sang Penakhluk Hati

Terkadang aku berpikir
Apakah salah semua ini
Dalam singkatnya waktu
dengan mudahnya..
Kukatakan iya padamu

Aku belum tau banyak tentangmu
Bahkan belum pernah bertemu denganmu
Bagaimana kamu dan sifatmu
Apakah aku bisa mengimbangi semua itu
Mungkin hanya waktu yang bisa menjawabku

Keberanian dari manakah
Hingga aku mampu bertaruh dengan hatiku
Dan segalanya menjadi sebuah tanya
Yang takan pernah bisa aku jawab dengan logikaku

Aku merasa lain berhubungan dengan dia
Aku merasa ada yang beda dalam dirinya
Aku merasa dia adalah akhir dari penantianku
Namun terkadang asa lain dengan nyatanya
Hingga airmata terjatuh disudut pipi
Dan kembali menyakiti hati ini

Aku mencintainya
Namun sungguh aku takut kecewa karenanya
Aku menyayanginya
Namun terkadang ku takut dia hanya memainkanku saja
Aku Menyukainya
dengan segala kelebihan dan kekurangannya
Tapi aku takut semuanya sia-sia

Sekarang aku meminta padamu

Wahai sang penakhluk hati
Jika ada niat terselubung disana
Aku mohon jangan jerumuskan hati ini
Kejurang yang takan bisa aku lalui
Ketempat dimana kutakbisa bertahan

Wahai sang penakhluk hati
Namun jika ketulusan dan kejujuran
Kau persembahkan pada jiwa ini
Aku mohon tepatilah janji yang telah kau ucap
Hingga asa ini menjadi kenyataan
Dan bukan menjadi impianku dalam sepi

Oktober 02, 2008

Tanpa dia dan teman2nya hidupku Takan Berwarna


Ketika itu hujan turun, aku berlari ketepi jalan untuk mencari tempat berteduh. Hujan sangat deras sekali sehingga payung pun tak berpengaruh. Bajuku sudah setengah basah. mungkin karena kencangnya angin. Tapi memang hujan adalah favorit musimku apalagi saat aku sambil membawa motor dengan diiringi musik. Serasa aku bisa menghilangkan semua penatku. Dipinggir jalan itu aku berdiri terdiam. Dan memandangi anak2 jalanan yang berlari kesana kemari dengan riang karena asyik bermain hujan2an. Aku tersenyum melihatnya sekaligus sedih, begitu bahagianya mereka dan tawa mereka sangat lepas sekali, seakan tiada beban walau hidup hanya pas2an. Aku iri melihat kebahagiaan mereka. Sebagian orang terkadang tidak menghendaki hujan tapi sebagian lagi mensyukurinya sebagai anugerah. Terlintas dari pikiranku untuk menjadi seperti mereka walaupun hidup berkecukupan tapi mereka bisa tertawa sekencang apapun yang mereka inginkan tanpa diselimuti kepalsuan dan keterpaksaan.

Akhirnya aku memutuskan untuk melakukan apa yang mereka lakukan tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Aku berlari ketengah hujan merasakan dinginnya air berputar2 sambil menengadahkan tangan. Oh.. sungguh tenangnya jiwaku lepasnya pikiranku akan siraman hujan dengan disertai canda tawa anak2 itu. Salah satu dari mereka menegurku. "Kakak kenapa kakak hujan2an nanti kaka sakit". Aku tersenyum dan mengusap pipinya sambil menjawab "Kalau kalian saja tidak sakit akupun tidak akan sakit" Dan anak yang lain menyusul dan berkata "Kami sudah terbiasa". Aku menjawab "Apa aku tidak boleh seperti kalian??" Dengan jawaban keras dan kompak mereka menjawab "Selamat datang didunia kami". Sungguh bahagia mendengar respon mereka yang sangat welcome. Berada ditengah mereka sungguh suatu anugerah, dulu aku hanya bisa melihat mereka dengan segala keirianku. Tapi kini hari ini aku bisa menjadi seperti mereka. Tarian Hujan mereka membahagiakanku. Aku melihat mata mereka begitu tulus tidak ternoda.

Aku memeluk satu dari anak itu, iya bernama Kala.. sungguh nama yang bagus seperti anaknya yang lucu dan menyenangkan. Dia mengatakan padaku seandainya dia bisa memiliki kakak sepertiku dia akan selalu menjaga dengan nyawanya. Sungguh terkejut aku anak kecil sepertinya bisa menjadi dewasa sebelum waktunya, Mungkin kehidupan dan pengalaman hidup yang mengajarinya. Namun yang aku heran mengapa ia bisa mengatakan hal itu padahal kami baru bertemu dan hanya bermain hujan2n berlari kesana kemari berputar2 sambil tertawa dan bernyanyi lagu2 yang mereka ciptakan sendiri. aku hanya bisa mengikuti sedikit demi sedikit. Aku bertanya pada Kala "Kemanakah orang tuanya?" dia menjawab "Aku ga punya bapak dan juga ga punya Ibu, apa lagi kakak. aku hanya punya mereka dan kakak ini orang yang baru aku kenal". Kagetnya mendengar Kala berkata seperti itu. Aku baru bertemu dan dia sudah menjadikan aku orang yang sangat berarti. Dan ketika hujan reda aku bertanya " Siapa yang ingin ikut kaka makan di resto itu?" dan Kala menjawab "Kami mau bayar pake apa kak?". Aku berkata lagi " Kala tenang aza ya, itu urusan kaka yang terpenting kalian semua menemani kakak dan ini juga sebagai ucapan terimakasih kaka karena kalian sudah memberi warna pada hidup kakak." mereka mendengar dengan seksama lalu melompat kegirangan "Kali ini kita makan enak kawan2" Kala memelukku lalu menangis.

Kala dia sudah membuatku jatuh cinta pada kepolosannya dan ketulusannya, dalam hidupku tak pernah aku menemukan seorang anak kecil yang bersifat dewasa seperti dia. Aku tak pernah menemui kedamaian seperti ini, Mereka begitu senang, bahagia, ceria, pemandangan yang sungguh membuatku terharu. Ketika selesai anak2 itu kembali bekerja dan mengucapkan terima kasih padaku. Kala menghampiriku " Kaka seandainya saja aku memiliki kaka seperti mu"

Saat itu aku benar2 tidak ingin pisah dari Kala. Ingin sekali aku membawanya pulang dan mengajaknya tinggal dengan ku. Tapi aku tau pasti ayahku tidak akan menyetujuinya. Padahal dirumah aku hanya berdua dengan adikku, dirumah yang sebesar itu. "Kak, Kala mau kerja lagi ya". aku menjawab "Kala, dimana kakak bisa bertemu dengan kamu lagi??" Kala tertunduk dan saat aku angkat wajahnya aku melihat matanya memerah seakan dia sedang berbicara. Lalu dia memelukku dan berkata "Terima kasih sudah mewujudkan mimpiku" Aku terheran2. Aku bahkan tidak tau mimpi apa yang telah aku wujudkan..aku memeluknya erat sekali seakan aku telah mengenalnya lama. Dia melepaskan peluknya lalu berkata "Terima kasih kak, siapa nama kaka?" Aku menjawab "namaku Dewi Kala" Dia mengusap air mataku seakan dia adalah pangeranku lalu berkata "Nama kaka semulia hatinya". Lalu dia pergi meninggalkanku.

Itu adalah warna hidupku yang benar2 merupakan anugerah dan sangat berharga bagiku. Mereka mengajarkan padaku bahwa tidak semua orang seberuntung aku. Walau sepi tidak memiliki ibu. Aku pernah merasakan kasih sayangnya. Sedangkan mereka tidak. Aku masih beruntung daripada mereka. Mungkin keegoisanku dan terlarut dalam kesedihan hingga menjadi sepi dan terpenjara dalam ruang hampa.

Dalam sebulan aku terus memikirkan Kala, bagaimana keadaanya dan akhirnya aku memutuskan untuk kembali ketempat dimana aku bertemu Kala. Tapi aku tidak menemukannya. Aku sudah berusaha mencari dan bertanya kepada anak2 jalanan itu. Tapi anak2 itu tidak yang tau kemana Kala. Aku sangat rindu dengannya. Dan saat aku terduduk dan putus asa. ada anak yang menghampiriku dan membawakan sesuatu. Sepucuk surat dari Kala. Dengan tulisan yang begitu acak2an tapi aku masih bisa membacanya. Surat itu singkat hanya tertulis " Mimpiku bertemu dengan seseorang yang berhati tulus sebagai pengganti orang tuaku". Aku memandang anak yang membawa surat itu dan berkata "antarkan aku menemui Kala sekarang juga" sambil menangis.."Kaka, kala sudah tenang disana" dia menjawab..Dan sesaat aku tertunduk dan menangis kututup wajahku, diam seribu bahasa. Aku sungguh shock mendengar semuanya. Kala yang telah memberiku Warna kini sudah tidak ada. apa sungguh secepat itu.?? Saat kubuka wajahku anak2 jalanan itu sudah mengerubungiku. dan salah satu dari mereka berkata "Maaf kk tadi kami tidak bisa mengatakan sama kaka, karena kami tidak tau bagaimana cara menyampaikannya". Aku memeluk mereka.

Kala mendapatkan kecelakaan seminggu setelah bertemu denganku. dia bercerita tentangku kepada Ali. Kalau dia begitu bersyukur bertemu denganku. tersirat dipikiranku " Begitu besar artiku untuknya dan sama besarnya seperti arti Kala untukku". Sungguh hidup tak kan pernah bisa tertebak, karena takdir memanglah MilikNya. Andai sekali kagu aku bisa diberi kesempatan bertemu dengan Kala. Aku akan berkata " Tanpa dia dan teman2nya hidupku Takan Berwarna"

Oktober 01, 2008

Hari ini adalah Hari Idul Fitri. Hari yang suci karena manusia kembali ke fitrahnya. Saling Memaafkan dan juga saling memberi. Aku merasa lebaran kali ini aku tidak memiliki apa-apa karena Harta terbesar yang aku punya telah dipanggil olehnya. Aku sangat rindu bersimpuh dikakimu mama. Aku sangat rindu ketupat dan semua masakanmu yang sangat lezat. Aku sangat rindu belaianmu saat aku meminta maaf padamu. Aku sangat ingin melihatmu memakai baju yang kau jahit sendiri. Itulah kerinduanku yang amat sangat dan menyiksa batinku.

Kerinduan ini terkadang menjelma menjadi iri terhadap mereka yang masih memiliki seorang ibu, terhadap mereka yang masih bisa melihat senyum manis seorang ibu. Yang bisa merasakan bagaimana repotnya seorang ibu saat Hari Lebaran berada didepan mata. Tak kan pernah lagi kulihat pemandangan itu. Tak kan pernah lagi kuisi beras dalam ketupatmu. Takkan pernah lagi kau bangunkan aku saat ku kesiangan tertidur dihari akhir puasa itu. Apakah aku selah merasakan itu.

Andai saja aku bisa meluapkan semua emosi yang ada didalam dadaku. Mungkin air mata ini akan menjadi sebuah lautan yang takkan pernah berhenti mengaliri kesedihan. Setiap aku merasakan pilu didada, aku akan menarik nafas panjang dan memejamkan mataku sambil berkata bahwa aku bisa menghadapi semuanya dan menganggap semua ini adalah mimpi terpanjangku.

Disini dikamar ini dia menginginkan aku untuk terus mendampinginya. untuk tidak meninggalkannya, untuk tidak membiarkannya sendiri. Dikamar ini aku menahan rasa sesak didada. menahan tangis yang seakan ingin keluar kencang namun tertahan karenanya.