April 30, 2008

Terima Kasih Atas Semuanya Ya Allah...

Terkadang aku melamun, bagiku melamun adalah pengobat hati dan jiwaku. Pikiran ini lebih tenang. Sejenak kucoba melupakan semua masalah itu. Mengenyampingkan segala hal yang membuat penat kepalaku. Namun saat kutersadar aku kembali lagi dan berusaha untuk terus berjalan walaupun kutak tau apakah ada jalan lain yang terbentang, atau jembatan untuk mengarahkan penyelesaian semua permasalahanku.

Jujur aku ingin seperti mereka, yang selalu memiliki keluarga bahagia, yang dipenuhi cinta kasih seorang ayah dan ibu, yang selalu bersama-sama. Saat aku SMA aku ingin sekali pergi dengan 2 saudaraku dan kedua orangtuaku. Namun itu tidak mungkin karena mereka sudah tidak lagi bersama. "Andai aku bisa seperti mereka?" tanya itu yang selalu membuatku sedih dan menangis.

Ketika aku beranjak remaja dan dewasa, aku hanya dipenuhi cinta kasih seorang ibu. Dia tulus sangat menyayangi aku, walau terkadang aku bertanya pada diriku "Mengapa dan Dimana?", tanya itu kuperuntukan untuk ayahku. Ibuku dia memberikan semua yang menjadi kewajiban ayahku dan juga apa yang menjadi kewajibannya. Perlindungan, kasih sayang, dukungan, pelajaran dan pengalaman. Dia ajarkan aku berbagai hal, untuk selalu bertahan, untuk selalu tegar dan berani menghadapi kehidupan diatas kakiku sendiri.

Aku tau setiap orang yang bernafas dan hidup pasti memiliki masalah apapun itu, baik itu positif maupun negatif, tapi yang terjadi padaku mengapa aku selalu menyelesaikan masalah yang tidak berujung dan terus menerus, ingin sekali saja aku hidup tanpa masalah itu dan tanpa beban yang selalu ada dipundakku. Namun itu tidak mungkin, aku merasa mereka mengandalkan aku hingga aku merasa terbebani.

Aku ingin seperti anak yang lain, hanya menjalani hidup dengan apa yang mereka kehendaki selebihnya biar orang tua yang menyelesaikan. Ketidak mandirian yang aku harapkan dalam diriku, ketergantungan itu yang ingin aku rasakan. Aku tau semua itu terdengar aneh, tiap orang ingin mandiri sedangkan aku tidak ingin seperti itu.

Tapi kalian harus tau terkadang apa yang tidak pernah kita rasakan akan menjadi keingin yang amat sangat entah itu menguntungkan atau entah itu merugikan. itulah yang terjadi pada diriku sendiri, Aku telah terbiasa dengan masalah - masalah, hingga aku merasa yakin aku bisa menyelesaikannya. Aku bisa walaupun tanpa orangtua.
Gilakah aku?? Sakitkah aku?? hingga apa yang orang tidak inginkan, aku menginginkannya.

Kini saat ibuku telah pergi, ayahku mulai dekat denganku. Mengapa keadaan ini tidak terjadi saat ibuku masih ada disini. Dan aku kembali menyadari semua keadilan ini. Karena sekarang giliran untuk ayahku menjaga dan merawat kami. Walaupun aku tau tidak seberat perjuangan ibuku dulu. Sedangkan kemandirian yang tidak aku inginkan sebenarnya Dia tanamkan padaku agar aku selalu kuat dalam menghadapi setiap cobaan atau masalah saat ibuku meninggalkan aku.

Akhirnya aku menyadari bahwa kepahitan hidup adalah senjata dalam menghadapin getirnya kehidupan. Kemandirian dan ketidak ketergantungan adalah kunci dalam menghadapi kerasnya kehidupan.Aku salah..Aku salah menilai semuanya namun sekarang aku menyadarinya.Terima Kasih Atas Semuanya Ya Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar