April 28, 2008

Betapa Bodohnya Aku, Pikiran, Jiwa Bahkan Hati Nuraniku...

Dia terbaring lemah tiada daya
Kulihat dia tersenyum padaku
Sesaat kurasakan deritanya menghilang
hanya sebentar...
Wajahnya putih cantik walau terselimut duka
Satu kalimat keluar dari bibirnya
Satu permintaan “nyanyikan mama lagu eni”
Satu lagu yang temanku ciptakan...
Dia sangat menyukainya.
Lalu aku nyanyikan

Bayangkanlah semua yang telah terjadi antara kita
Dengarkanlah lagu rindu untuku yang kau cinta
Walau itu sulit untuk aku dengarkan
Tapi aku yakin itu pasti...

Senandungkanlah segala cinta ini pada hatiku kasih
Walau kutau ini teramat sulit bagimu
Namun kenyataan tak mungkin lagi
Haruskahku menghindari...

Sejujurnya aku mencintai
Setulus hati aku merindukanmu
Seandainya aku bisa bersama
Mungkin ini takan terulang mendua cinta

Hanya dengan kata – kata maaf kau berikan
Hanya dengan kata rindu itu kau ungkapkan
Namun tiada pernah setulus hatimu
Walau aku tau kau telah berdusta

Dengarkanlah kasih ini hanya 1 kali
Aku tak kuasa lagi menanti janji2
Cukup sudah kita lalui sampai disini
Cukupkanlah cinta untuk kita disini…
Ha…ha…

Saat itu dia menangis
Aku tau apa yang ada direlungnya
Aku sadar dia telah pasrah akan takdirnya
Aku coba tuk menghiburnya
Dan menahan air mata ini dan menyimpannya dalam2
Sungguh berat jika kepiluanmu harus tertahan didadamu
Aku tak mau dia rapuh
Aku ingin dia tegar
Namun semua sia-sia

Satu kalimat yang selalu ia katakan padaku
Namun tak pernah satu kalipun seseorang mengucapkanya padaku
”suara kamu bagus kok wi”
Dia selalu menyenangkan hati walau saat itu hidupnya dalam derita
Aku tau firasat yang menyelimutiku
Dia takan lagi berada disisiku
Waktu 6 bulan bukanlah waktu yang sebentar
Untuk merasakan suatu kesakitan.

Saat itu jam 2 malam aku terbangun
Melihatnya belum memejamkan matanya
Dia memintaku tuk bergantian memijiti kakinya yang sudah kian membengkak
Sampai pagi kami terus bergantian
Akhirnya mama tertidur juga

Ketika pagi aku merasakan badanku kurang sehat
Lalu aku tertidur sejenak dan terbangun karena dia memanggil
Aku tau dia sangat sakit...
Saat itu dia berkata ”Mama jangan ditinggalin sendirian”
Akhirnya aku menemaninya dan terus menemaninya walau badan ini kian sakit kurasakan..
Tapi bagiku sakit ini tidak berarti dibandingkan dengan mama...

Aku ingin sekali menangis saat dia lapar
Dia tidak bisa menelan satu makananpun
Bahkan airpun .. tidak bisa iya telan walau saat itu dia haus
Sungguh ini cobaan yang sangat berat bagiku
Andai kalian bisa merasakan bagaimana sedihnya hatiku
Melihat orang yang kalian sayangi menderita,,,
Dia terus berkata pada kakaku ”Ikhlasin mama ya kak”

Ya Allah saat itu aku berpikir apakah ini adalah pertanda
Bahwa iya akan pergi dari hidupku..?

Ketika malam tiba dia mengatakan mama udah ga sanggup lagi
Akhirnya sekitar jam 11 malam aku membawanya ke rumah sakit
Diperjalanan aku merasa mungkin aku takan bisa melihatnya lagi
Aku terus membacakan ayat suci alQur’an
Karena dia terus mengeluh kesakitan.,
Kami bertiga hanya bisa menangis
Aku sudah tidak bisa membendung air mata ini
Ingin rasanya kupikul beban yang iya rasakan
Ingin rasanya aku gantikan tempatnya
Agar dia tetap merasa bahagia.

Ketika sampai dirumah sakit nafasnya sesak..
Hingga dia harus diberikan oksigen..
Aku menelpon ayahku untuk segera datang
Keesokan harinya suster memanggil
Bahwa mama harus di pindahkan ke ICU
Karena keadaanya sudah tidak memungkinkan
Pagi itu pagi yang kelabu
Aku tak tau kemana aku harus mencari uang lagi
Aku tak tau apakah ada orang yang mau meminjamkan lagi
Saat ayahku datang pagi itu
Aku pulang kerumah dengan adiku
Untuk mengambil uang yang sudah kami pinjam
Yang terpikir olehku saat itu yang penting adalah keselamatan mama
Aku bahkan tak tau bagaimana kubisa mengembalikannya

Sesaat ku sampai dirumah
Kakaku menelponku dan mengatakan keadaan mama kritis
Akhirnya aku kembali lagi kerumah sakit.
Dan aku berkata pd adikkku pasti mama akan baik2 saza
Karena aku tau dia kuat

Tapi mungkin takdir berkata lain
Ajal memang sudah menunggunya.
Sesampaiku disana aku melihatnya lain dari biasanya
Nafasnya sudah terengah-engah
Dia tidak bisa bicara
Bahkan pandanganya sudah tidak terarah
Dia hanya melihat kesebelah kanan

Aku tau dia sakit
Saat itu aku lemas...
Aku menjerit..
Aku tidak sanggup...
Aku ga percaya kl ibu yang selama ini selalu mendampingiku
Akan pergi, dia akan pergi...
Suster memanggilku...
Aku katakan kepadanya aku sudah membawa duitnya dan tolong selamatkan mama
Tapi apa yang kudapatkan aku disuruh tenang olehnya
Dan dengan entengnya dia berkata
Mama sudah dalam proses...
Karena lidahnya sudah ketarik kedalam
Dan matanya sudah sedikit keluar..
Yang kita bisa hanya menunggu dan ikhlas

Hancur hatiku..
Bagiku tidak ada sekalipun cobaan yang lebih berat dari ini,
Akhirnya aku coba untuk melihatnya..
Masya Allah dia melihatku, matanya melihatku
Karena saat itu aku sedang berada disebelah kiri
Dengan susah payah dia menengok kearahku
Seakan ingin pamit untuk pergi selama-lamanya.
Dan aku mengambil AlQur’an untuk membacakannya
Setelah selesai ku membaca... Nafasnya menghilang...
Dia telah pergi untuk selamanya...
Dan kami bertiga pun menangis
Takan bisa lagi kurasakan hangat pelukannya
Takan bisa lagi kudengarkan omelannya..
Takan bisa lagi kudengar canda dan gelak tawanya..
Takan bisa lagi ku berbagi susah dan senang denganya
Takan bisa lagi kumakan masakanya yang selalu lezat...
Tak bisa lagi kudandani dia saat ingin pergi kondangan..
Takan bisa lagi ku dengarkan pujian-pujiannya untukku walau untuk orang lain aku bukanlah apa-apa.
Takan bisa lagi kurasakan semua yang berhubungan dengannya

Dengan kesedihan yang teramat dalam aku angkat dia kesebuah box untuk dipindahkan kesebuah rumah duka. Aku tatap wajahnya yang pucat pasih.
"Ya Allah aku sangat menginginkan matanya kembali terbuka"
Tapi tidak itu tidak terjadi, aku berharap semua hanya mimpi.
Aku pulang dengan ambulance. Disana para tetangga telah menyambutnya.

Aku tidak kuasa menahan semuanya akhirnya aku kembali tak sadarkan diri dipelukan ayahku.
Ketika aku kembali melihat dia ditempat tidur itu. "Masya Allah dia tersenyum" satu tanya yang ada dalam hatiku apakah ini yang selalu dia inginkan untuk melepas kesakitan.?? Terlalu dia menderita hingga aku tidak mengerti apa yang sebenarnya dia harapkan.

Kini yang ada dalam diriku hanyalah penyesalan...
Penyesalan itu terpendam didalam hatiku yang paling dalam
Tak pernah ada yang tau hanya aku dan segala tentangku

Dengarkanlah
Kau harus menyayangi ibumu setulus hati jangan marah dan kesal padanya sekalipun iya salah...
Karena kemarahanmu tidak berarti apa-apa saat dia pergi meninggalkanmu untuk selama-lamanya.
Kemarahan itu tidak sebanding dengan penyesalanmu yang teramat besar atas apa yang kau lakukan pada ibumu...
Percayalah itu untuk kebaikanmu..
Karena sekarang aku baru menyadari saat dia telah pergi...
Sungguh terlambat aku.
Betapa bodohnya aku, pikiran, jiwa bahkan hati nuraniku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar