September 20, 2008

Karena Dia adalah Satu Dari Sekian Banyak Mama


Bulan Ramadhan bagiku adalah bulan yang sangat penuh dengan ampunan, hikmah, pahala yang berlimpah dan juga kenangan..Kenangan yang menyedihkan, menguatkan dan mendewasakan.. Awal dari sebuah Akhir kehidupan. 2 tahun yang lalu kami sekeluarga dihadapkan pada suatu cobaan yang begitu berat.. Tak tau bagaimana harus menghadapinya.. tak tau bagaimana harus menyelesaikannya..Berita yang seakan menerjang kehidupan menyambarkan kilat pada hati dan sanubari..Mamaku harus menjalankan operasi besar.. dan berujung pada hasil yang sangat tidak kami inginkan.. dia mengidap penyakit kanker rahim stadium 2.

Pertahananku runtuh, rapuh dan hancur..segala upaya kami lakukan.. namun mama tidak menginginkan kemoterapi.. akhirnya kami menjalankan pengobatan alternatif..sinsei dan terapi perana namun semua itu juga tidak membuahkan hasil..dan akhirnya mama harus dioperasi untuk yang kedua kalinya.. Hari demi hari dia lalui dengan penderitaan.. Segala firasat telah kami rasakan melalui mimpi-mimpi, tingkah lakunya, dan juga tanda2 yang ada disekitar kami. Aku merasa kalau memang itu yang terbaik biarlah semua kupasrahkan kepada-Nya. Karena melihat penderitaannyapun aku tidak sanggup.

Suatu hari aku duduk dan termenung memandangnya saat dia tertidur lelap. Aku melihatnya begitu lemah tiada daya.. tidak seperti mamaku yang dulu.. yang kuat.. sabar.. tabah, dan tawakal..Dia kini menjadi seperti seorang bocah yang manja dan mengharapkan begitu banyak kasih sayang dari orang2 yang mencintainya..Aku berpikir.. Andai takdir bisa ditukar andai raga bisa diubah..mungkin dia tidak akan merasakan penderitaan berkepanjangan. Aku sangat menyayanginya, aku sangat mencintainya, Aku meminta kepada Allah andai waktu bisa diulang. Aku takkan pernah membiarkannya sedih, membiarkannya lelah. Membiarkannya marah. Membiarkannya sepi dan sendiri. Namun semua tidak mungkin jadi nyata, karena tiap manusia memiliki takdirnya masing-masing. Tanpa tersadar olehku air mata ini berlinang.. Mata ini tak bisa membendung kesedihan dan pilunya hati. Aku lelah menahan sedih.. aku ingin menangis sekencang2nya agar semua tau apa yang kurasa.. Dan saat aku menghapus air mataku. Mama terbangun dan berkata.. Terimakasih udah menjaga mama..Maafkan mama sudah membuat kalian susah.. itulah perkataanya. Aku hanya bisa menangis sambil memeluknya.

Kini yang aku punya adalah semua kenangan tentangnya, kebaikanya, kekuatannya, kegigihannya.. merawat kami tanpa seorang suami.. berusaha menjadi ayah dan juga berusaha menjadi ibu yang terbaik. Sungguh terlambat aku menyadari kalau sebenarnya Allah telah memberikan harta yang paling berharga.. Anugerah yang sangat berlimpah pada keluarga kami..Yaitu seorang Ibu seperti mamaku. Aku bersyukur memilikinya.. Karena dia adalah Satu dari sekian banyak mama yang sangat mengerti apa arti dari peran seorang ibu..

1 komentar:

  1. Kisah yang menyentuh nih! Sangat dalam. Dan kadang-kadang, pengalaman sesama itu selalu memberikan ilham yang berarti buat orang lain.

    BalasHapus