September 29, 2008

sebuah awal dari panjangnya sebuah penantian Hidupku...

Sedihku tidak berbanding tawaku
Ceriaku terkalahkan oleh piluku
Sesakku menjadi pelampiasan dr kebisuanku
Asliku telah telah tertutup oleh Kepalsuanku

Semunya apapun yang ada didepan mata
Keterikatan dengan dunia yang tak bertujuan
Persembahan yang harus membuat orang senang
Menyakitkan hati sanubariku
Sekaligus memberikan kepuasan
walau luka menjadi pelabuhan waktu

Mata ini melihat apa yang tidak seharusnya
Kaki ini melangkah kearah yang tidak semestinya
Pikiran ini menerawang kedunia yang tidak boleh disinggahinya
Telinga ini mendengar sesuatu yang bukanlah miliknya

Begitu kacaukah kehidupanku
Begitu burukkah sifat asliku
Begitu naifkah aku menghadapi sesuatu
Namun semuanya kembali lagi pada diriku
Apakah semua itu akan menjadi terlalu
Ataukah menjadi sebuah awal dari panjangnya akhir penantian
Hidupku...

September 20, 2008

Karena Dia adalah Satu Dari Sekian Banyak Mama


Bulan Ramadhan bagiku adalah bulan yang sangat penuh dengan ampunan, hikmah, pahala yang berlimpah dan juga kenangan..Kenangan yang menyedihkan, menguatkan dan mendewasakan.. Awal dari sebuah Akhir kehidupan. 2 tahun yang lalu kami sekeluarga dihadapkan pada suatu cobaan yang begitu berat.. Tak tau bagaimana harus menghadapinya.. tak tau bagaimana harus menyelesaikannya..Berita yang seakan menerjang kehidupan menyambarkan kilat pada hati dan sanubari..Mamaku harus menjalankan operasi besar.. dan berujung pada hasil yang sangat tidak kami inginkan.. dia mengidap penyakit kanker rahim stadium 2.

Pertahananku runtuh, rapuh dan hancur..segala upaya kami lakukan.. namun mama tidak menginginkan kemoterapi.. akhirnya kami menjalankan pengobatan alternatif..sinsei dan terapi perana namun semua itu juga tidak membuahkan hasil..dan akhirnya mama harus dioperasi untuk yang kedua kalinya.. Hari demi hari dia lalui dengan penderitaan.. Segala firasat telah kami rasakan melalui mimpi-mimpi, tingkah lakunya, dan juga tanda2 yang ada disekitar kami. Aku merasa kalau memang itu yang terbaik biarlah semua kupasrahkan kepada-Nya. Karena melihat penderitaannyapun aku tidak sanggup.

Suatu hari aku duduk dan termenung memandangnya saat dia tertidur lelap. Aku melihatnya begitu lemah tiada daya.. tidak seperti mamaku yang dulu.. yang kuat.. sabar.. tabah, dan tawakal..Dia kini menjadi seperti seorang bocah yang manja dan mengharapkan begitu banyak kasih sayang dari orang2 yang mencintainya..Aku berpikir.. Andai takdir bisa ditukar andai raga bisa diubah..mungkin dia tidak akan merasakan penderitaan berkepanjangan. Aku sangat menyayanginya, aku sangat mencintainya, Aku meminta kepada Allah andai waktu bisa diulang. Aku takkan pernah membiarkannya sedih, membiarkannya lelah. Membiarkannya marah. Membiarkannya sepi dan sendiri. Namun semua tidak mungkin jadi nyata, karena tiap manusia memiliki takdirnya masing-masing. Tanpa tersadar olehku air mata ini berlinang.. Mata ini tak bisa membendung kesedihan dan pilunya hati. Aku lelah menahan sedih.. aku ingin menangis sekencang2nya agar semua tau apa yang kurasa.. Dan saat aku menghapus air mataku. Mama terbangun dan berkata.. Terimakasih udah menjaga mama..Maafkan mama sudah membuat kalian susah.. itulah perkataanya. Aku hanya bisa menangis sambil memeluknya.

Kini yang aku punya adalah semua kenangan tentangnya, kebaikanya, kekuatannya, kegigihannya.. merawat kami tanpa seorang suami.. berusaha menjadi ayah dan juga berusaha menjadi ibu yang terbaik. Sungguh terlambat aku menyadari kalau sebenarnya Allah telah memberikan harta yang paling berharga.. Anugerah yang sangat berlimpah pada keluarga kami..Yaitu seorang Ibu seperti mamaku. Aku bersyukur memilikinya.. Karena dia adalah Satu dari sekian banyak mama yang sangat mengerti apa arti dari peran seorang ibu..

September 12, 2008

Sungguhkah itu

Aku telah memahami lebih dari apa yang kau tau Aku telah mengikutimu lebih dari apa yang kau mau Namun Ku tetap tidak mengenalimu Ada sesuatu yang tak terungkap Dan tak bisa terbaca olehku Kini kuputuskan untuk menjauh darimu Walau hati telah terpaut padamu Mungkin butuh waktu dan akan menyakitiku.. Namun aku tau inilah yang terbaik untukku Kau takan pernah tau Bagaimana perihnya... Karena kau menjalin hubungan dengan logika.. Sungguh kutak mengerti bagaimana bisa Bukankah hati harus digunakan untuk mencintai mereka Sungguhkah itu???

Kebahagiaan hakiki…

Senandung itu kian parau
Tidak seindah dan semerdu yang dulu
Karya besarnya terpampang dalam sanubariku
Kini perlahan namun pasti
Ia berubah menjadi benalu

Kau telah membuat hatiku beku
Kau telah membuat hatiku mati
Alunan nada yang selalu aku dengar dalam hati
Kini berganti dengan sebuah tangisan panjang
Yang takan pernah usai

Ikhlasku persembahkan hidup dan cintaku
Namun tersia-sia oleh kegoisanmu
Kau tawarkan madu padaku
Setelah kumerasakan manisnya
Kau jejali aku empedu..agar pahitnya takan pernah kulupa..

Sekarang apa lagi yang bisa kulakukan
Jika senandung itu telah pergi
Madu berganti empedu
Ikhlas menjadi amarah
Ingin kuraih bintang
Ingin kupergi keawan
Agar semua kesedihan dan kekesalan
Dapat berganti menjadi Kebahagiaan hakiki…